Selasa, 11 Desember 2007

"one of people every year"



Minggu, 24/12/2006


Saya mencoba hidup mandiri dengan diri saya sehingga menjadi apa pun dan tidak menjadi apa pun tidak boleh menjadi masalah.


ACARA Kenduri Cinta yang digelar di pelataran Taman Ismail Marzuki (TIM),Jakarta,pada awal bulan ini masih seperti bulan-bulan sebelumnya,dipadati pengunjung.Malam itu,puluhan orang duduk melingkari panggung sederhana.Mereka berangkat dari berbagai kelas sosial,komunitas, bahkan agama dan keyakinan yang ada di Jakarta.Beragam diskusi, mulai dari masalah politik hingga sosial seperti poligami yang lagi hangat-hangatnya,dibicarakan.


Tepat setengah jam menjelang pergantian hari,seorang pria mengenakan kaos oblong warna putih dan rambut agak gondrong naik ke atas panggung. Audiens terdiam.Dengan suara baritonnya,pria itu menyapa puluhan hadirin.”Saya baru datang dari Finlandia dan saya kangen dengan kehangatan Anda semua, orang Indonesia,saudara-saudara saya,”sapanya. Pria itu kemudian melanjutkan sapaannya dengan cerita dirinya baru saja keliling ke salah satu negeri Skandinavia tersebut.


Di sana,bersama Kiai Kanjeng,dia mementaskan pertunjukan musik, salah satunya di sebuah gereja. ”Saat kami hampir menyelesaikan pertujukan kami,dengan standing ovationmereka berteriak we want more,we want more...Padahal mereka tidak tahu bahasa kami. Mungkin mereka juga akan tetap standing ovationmeski kami pisuhi (marahi) dalam musik-musik kami,” candanya.


Hadirin yang hadir pun tersenyum lebar mendengar guyonan ringan tersebut. Begitulah cara khas Emha Ainun Nadjib menyapa audiensnya.Pria kelahiran Jombang,27 Mei 1953,ini tetap terkesan nakal dan apa adanya.Namun,justru dengan cara seperti itu massa yang hadir dalam forum tersebut merasa setara dengan dia.Malam itu merupakan pementasan terakhir Kenduri Cinta di TIM pada tahun 2006 ini,yang menurut Emha telah memasuki masa sewindu.


Menariknya, kegiatan ini tak pernah putus dalam kurun delapan tahun. Komentar budayawan Mohammad Sobary yang mengatakan sosok Emha adalah seorang guru tarekat kesunyian, memberi gambaran bagaimana tokoh ini membaur dengan ”jamaahnya”. Menurut Kang Sobary,Emha merupakan guru yang selalu memberikan alternatif pemikiran atas kesulitan dan kepenatan hidup dari sebagian besar masyarakat Indonesia yang terbelit kemiskinan.

Ainun, katanya,selalu menghibur dan melakukan terobosan agar persoalan masyarakat yang terpinggirkan serta tidak diperhatikan oleh negara,sedikit terpecahkan. Cak Nun,begitu Emha
Ainun Nadjib lebih akrab disapa,terheranheran ketika tim SINDO menyambanginya di sela-sela acara Kenduri Cinta malam itu.Dia kaget karena terpilih sebagai People of The Year 2006 versi polling SINDO untuk kategori Budayawan.”Saya ini kan nggak pernah muncul di mana-mana. Respoden yang milihitu paling sing pernah ketemu aku,atau bareng karo (sama) aku,wong jumlahe yang cuman segitu,”ujarnya. Bagaimanapun,dia mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang telah diberikan oleh responden pollingSINDO. ”Saya juga merasa berutang bila dipandang konsisten bersama masyarakat.Mugo iku bener lan bisa ngelakonilah(Mudah-mudahan itu benar dan saya bisa menjalankannya),”papar pemimpin kelompok musik Kiai Kanjeng ini.


Secara panjang lebar,Cak Nun lantas mengungkapkan posisinya saat ini,rencananya di tahun-tahun mendatang,serta kapan dia akan ”lengser”dan mengakhiri aktivitasnya sebagai budayawan atau kebersamaannya bersama komunitas orang-orang terpinggirkan.Berikut petikan wawancaranya:

Bagaimana melihat pilihan responden SINDO atas ketokohan Anda?

Selama ini saya merasa marjinal, sangat marjinal.Acara saya, Kenduri Cinta ini,kalau dihitung delapan tahun ya sudah sekitar 420 kalilah.Masuk koran belum sampai tiga atau empat kali,itu yang di sini. Belum yang di Jombang,masuk koran lima kalilah kira-kira.Di Yogya apalagi,tidak pernah masuk koran sama sekali.Hong Kong opo maneh,Batam opo maneh.Apalagi yang di Finlandia.Itu artinya,saya tidak merasa sebagai faktor di Indonesia,i’m not a factor.Saya melihat teman-teman itu faktor. Garin itu faktor,Butet itu faktor, Mas Taufiq itu faktor,Rendra itu faktor.Apalagi SBY dan Kwik Kian Gie,itu faktor.

Lalu di mana posisi Cak Nun?

Saya di luar semua itu.Aku disebut budayawan nggaktepat, sama sekali nggaktepat.Kegiatan saya sama sekali bukan itu. Kegiatan saya kanmenjadi jembatannya rakyat kecil dengan bupati.Urusan tani,pekerjaan nggakada,persoalan sekolahan mahal,urusan kaki lima digusur, kanbegitu Mas.Jadi bukan budayawan.Aktivitas dalam bidang budaya paling 10%,agama malah 40%,aktivitas atau tema sosial politik tambah besar lagi.Tapi yo embuhlah,budayawan iku maksude opo.

Predikat itu kantidak lepas dari aktivitas Cak Nun selama ini?

Orang hidup itu kantidak hidup karena dia merencanakan hidup. Orang hidup itu dihidupkan,jadi tergantung sama yang menghidupkan.Makanan dimasak oleh yang masak.Masa yang menentukan masakannya,yang menentukan pasti yang masak to? Lhasekarang makanannya dimakan siapa,yatergantung yang masak,bukan tergantung masakannya.Lhasaya ini kan masakan,jadi ya tergantung yang masak saya.Saya ini pasif saja, tergantung yang masak.Jadi,hidup saya sampai umur hampir 60 tahun ini dijadwal orang,saya nggak punya company profile,nggak pernah punya proposal.Saya dijadwal orang seumur hidup.Tapi itu saya batasi secara kualitatif sampai Agustus 2007.

Kenapa dibatasi sampai Agustus 2007?

Ya karena saya sudah tua.Kalau saya menanam sesuatu kanharus lebih jelas,ini tumbuh atau tidak. Kalau terus diinjak-injak orang, masa menanam terus.Harus dipikir,harus ada kebun yang jelas, komposisi kimianya harus ditata benar,kanbegitu.Tapi intinya,saya tidak punya tujuan apa-apa.

Kalau sudah sampai Agustus 2007,Cak Nun akan melakukan apa?

Batas 2007 itu waktu untuk rakyat yang selama ini bersama saya.What are you going to do?Jadi Kalau di sini Anda ini mau apa? Mau jadi gerakan politik,parlemen jalanan,mau menggulingkan kekuasaan,atau Anda mau majelis ilmu saja.Di sini,kita omongomongan dapat ilmu dan pengalaman untuk memperbaiki kehidupan.Umum.Mau Islam, Kristen,monggosemuanya,yang penting ada ilmu kehidupan. Atau kita mau sinergi ekonomi, yasilakan.Atau mau jadi institusi sosial.

Mau bikin kursus kesenian, atau forum ini agar kelompok yang selama ini tidak ter-coveroleh media sama negara agar bisa tampil,monggo.Saya kasih batas waktu sampai 2007.Saya bilang, semua akan saya bantu.Gerakan politik saya akan dorong,apa pun keputusannya akan saya dorong. Kalau untuk saya,sudah ada keputusan.Saya sudah tahu mereka mau apa kok.Cuma,tidak boleh keputusan mereka lahir dari saya. Harus lahir dari rakyat,dari umat. Saya adalah pengagum konstitusi Madinah.Piagam Madinah itu merupakan konstitusi tertulis pertama di muka bumi.

Dia dibikin pelan-pelan berdasarkan gesekan,dialektika,bentrok,dan sebagainya oleh masyarakat secara langsung.Sampai akhirnya,satu persatu sampai 46 pasal terbentuk dalam jangka waktu enam tahun. Nabi Muhammad iku wis eruh (sudah tahu). Cuma,tidak ada gunanya kalau Anda kasih tahu yang baik itu begini.Sebab yang kita butuhkan adalah masyarakat memproses dirinya untuk mengetahui kebenaran dari pengalamannya sendiri.Itu pendidikan murni.

Kalau pun (ekspresinya) tidak terjadi,itu tidak masalah karena kita sudah menabung proses.Bisa jadi Agustus 2007 terus,tapi dengan bentuk yang sudah beda.Kalau sekarang,dalam Kenduri Cinta ini misalnya,kankomunitasnya campur-campur.Dari yang mau berontak sampai kafir liberal,serta tasawuf semua ada di sini.Nah, besok sudah tidak boleh.Harus jelas,sampeanjangan mati sia-sia.

Anda sendiri mau ke mana?

Oh,saya akan merebut sedikit diri saya.Saya akan menjalankan kewajiban-kewajiban primer saya sebagai penulis,meskipun saya masih belum tentu diterima oleh media massa.Tapi saya akan mencoba menikmati kehidupan saya itu.Itu pun juga tidak tergantung atas kemauan saya, makanya dalam setahun saya akan membaca untuk menyimpulkan pekerjaan saya ini apa sebenarnya.

Sebab saya melakukan pekerjaan kiai,saya melakukan pekerjaan musikus,saya melakukan pekerjaan kebatinan,saya melakukan pekerjaan dukun,saya melakukan pekerjaan dokter,saya melakukan pekerjaan LSM,saya disuruh melakukan pekerjaan macam-macam.
Apakah Cak Nun akan memilih salah satu pekerjaan itu?
Saya tidak memilih.Saya cuma melihat. Sekali lagi,kita ini kan cuma makanan.Jadi saya mau lihat, saya belum tahu itu.

Beberapa tahun terakhir aktif dengan Kiai Kanjeng,apakah itu bagian dari rencana Cak Nun?
Oh,saya tak pernah merencanakan lahirnya Kiai Kanjeng,saya tak pernah merencanakan pentas dengan Kiai Kanjeng,dan saya tidak pernah merencanakan keliling dunia dengan Kiai Kanjeng.Saya tidak pernah merencanakan pabrik plastik,saya tidak pernah merencanakan bikin ritel,saya tidak pernah merencanakan punya sekolahan,saya tidak pernah merencanakan punya studio musik, saya tidak pernah merencanakan semua itu.Nggak pernah.

Sebagai masakan,saya ikut.(Dalam beberapa tahun terakhir ini,Cak Nun dan istrinya,Novia Kolopaking, membangun pabrik plastik dan mengembangkan bisnis ritel berupa minimarket di Yogyakarta. Menurutnya,bisnis ini mereka lakukan salah satunya untuk menghidupi anggota Kiai Kanjeng).

Apakah proses mencari jati diri itu masih berlangsung sampai sekarang?

Saya ini,...Anda lihat buku saya di toko buku saja tidak jelas tempatnya.Ditaruh di rak agama tidak cocok,di rak budaya ya tidak cocok.Apalagi ilmu,pasti lebih tidak cocok.Kebatinan juga tidak cocok.Tidak ada tempat di Indonesia untuk saya kan? Tidak ada tempat.

Lantas,Cak Nun ini masuk kategori mana?

Lho,sejauh ini memang tidak ada kategorinya, tapi saya tidak menuntut tempat untuk saya.Demi Allah saya ndakmenuntut,aku iki wis tuwek,rek(saya ini sudah tua). Saya mencoba hidup mandiri dengan diri saya sehingga menjadi apa pun dan tidak menjadi apa pun tidak boleh menjadi masalah.

Termasuk tak mau disebut sebagai budayawan?

Nggak,nggak,saya tidak menolak disebut budayawan.I’m okay with that,karena dalam hidup ini Anda tidak pernah mendapatkan kebenaran yang utuh.Orang yang sedang kena flu akan tersiksa oleh angin,oleh panas.Sehingga definisi panas dan angin itu beda-beda pada orang flu dan orang sehat.Orang di dunia ini kanorang sehat dan orang flu.Jadi kalau orang terkena flu bilang saya A,orang sehat bilang saya B,yatidak masalah.

Jadi saya tidak keberatan dengan predikat itu. Terus terang,(dalam kiprah) dengan Kiai Kanjeng,saya bukan pemusik.Saya tidak tahu apa itu A minor,tapi Tuhan memberikan optimisme kepada saya.Saya nggak mengerti not balok.Cuma Gusti Allah sangat kasihan pada saya sehingga kalau ditanya orang tentang jip misalnya,aku dibisiki tentang jip.Tapi jangan bilang saya pakar jip.

Bukankan hal sederhana seperti itu yang membuat apa yang disampaikan ke masyarakat berharga?

Alhamdulillah kalau saya dipandang bermanfaat karena saya kira rumus dasar hidup ini,kadar martabat hidup manusia berbanding lurus dengan manfaat sosialnya.Tapi saya sendiri secara pribadi belum merasa bermanfaat, kalau ada berita saya sedikit bermanfaat,yaAlhamdulillah. Makanya,kalau dalam acara-acara Islam atau Kristen tetap saya ucapkan ayat Alquran.
Saya juga terang-terangan semuanya,sebab saat saya ucapkan ayat Alquran,saya menjanjikan keselamatan siapa saja yang bersama saya. Kalau ada yang salah seratus persen,saya yang salah.Kalau ada yang benar itu semata karena Tuhan.Itu kanrumus dasarnya. Bukan soal rendah hati,tapi kondisi objektifnya memang seperti itu.

Sebelum reformasi,Anda sering muncul di media massa.Kenapa setelah reformasi seolah tenggelam?

Saya akan menjelaskan pada suatu hari ketika orang siap atas penjelasan itu karena tidak semua manusia siap pada kata-kata,atau hujan,atau angin,atau gempa.
(Wawancara Emha Ainun Nadjib)