Minggu, 25 November 2007

"Gosok Gigi Bersama"

Kebiasaan membersihkan (menggosok) gigi sudah saya terapkan sedini mungkin pada putri pertama saya Mutia, yang saat ini telah berusia empat belas bulan. Petunjuk dari buku, majalah, dan tabloid keluarga yang kerap kali saya baca guna menambah wawasan sebagai sosok seorang 'ibu baru' selalu saya taati. Mulai dari tahap apa-apa saja yang boleh atau tidak dilakukan.
Seperti diawal usia dimana gusinya masih lembut, kerap saya bersihkan (gosok) pelan penuh kelembutan menggunakan kain kasa sehari dua kali, disetiap rutinitas mandi pagi atau sore. Saat membersihkan itu pula saya lakukan stimulasi reaksinya dengan mengajak berbicara atau sekedar bernyanyi riang agar kegiatan menggosok gigi dan mandi tidak membosankan.
Diusianya jelang enam bulan gigi seri mungil bagian depan, atas, dan bawah umbuh hampir bersamaan. Antara enam dan tujuh bulan jumlah gigi depan, atas dan bawahnya tumbuh sama rata, disusul oleh perumbuhan gigi-gigi seri geraham kiri kanan serta atas bawah berpasangan sesuai tahap perkembangannya. sejak awal tumbuh gigi seri (usia 6 bulan) Mutia sudah saya perkenalkan dengan berkunjung ke dokter gigi.
Seiring tumbuh kembangnya dan peningkatan kecerdasan maupun emosionlanya, suatu kali Mutia pernah menolak untuk gosok gigi. Rutinitas mandi pun jadi hanya ajang main air saja. Acap kali saya sodori sikat gigi khusus anak yang telah diberi sedikit pasta gigi khusus seusianya tentu, seketika ia mengatupkan kedua bibirnya membentuk sikap menolak sambil mengeleng-gelengkan kepala dan berceloteh pelo "tidak mau" khas versi bahasanya sendiri. Hal ini berlangsung hampir beberapa hari.
Pada suatau pagi saya kedapatan ide bagaimana membujuk Mutia guna menggosok gigi lagi. Ketika acara mandi pagi itu, agar ia mau membuka mulutnya untuk dibersihkan saya pegangi ia dengan sikat gigi kepunyaan saya tanpa pasta gigi. Saya arahkan sikat itu kemulut saya yang terbuka sambil berinstruksi menggunakan tanggan yang lain melakukan gerakan menggosok, seperti halnya ia pada tangan saya yang lain pun mulai menggosok giginya. Acara saling gosok gigi kali itu pun berjalan mulus, meskipun tak ayal baju yang saya kenakan harus ikut-ikutan kebasahan.
Jadilah hal itu sebagai momen ajang gosok gigi bersama, sampai saat ini kerap masih kami lakukan kala ia 'mogok' untuk sikat gigi. Setiap di akhir acara mandi, gosok gigipun menjadi sukses serta menyenangkan. Buat saya bisa melakukan kegiatan gosok gigi bersama di antara gelak tawa celoteh pelonya adalah juga saat indah berbagi kasih dengan si buah hati. Semoga melalui tulisan ini kelak Mutia bisa mengenangnya menjadi salah satu bagian dari sekian momen indah penuh kasih dalam hidupnya bersama Bunda. Las but not least Bunda kasih Mutia dalam peluk, cium dan do'a.(Jakarta,Nopember 2007)

3 komentar:

Kania mengatakan...

he..he..he.. aku sering dengar anak kecil suka susah disuruh mandi atau gosok gigi. Untung Ibn Danish tdk begitu. Tapi lumayan juga u bagi pengalaman.

Choiriah mengatakan...

keiko (16month)juga kadang susah diajak gosok gigi. kadang sikat gigi dan pastanya cuma dimasukkin kemulut trus kesedot2, pas pastanya abis ga mau lagi. aku sering berantem dulu kalo bujuk dia sikat gigi. aku pernah nyoba ngasih contoh, malah dia yang mau nggosok gigi aku. walaah.. pusing! sekarang gigi atasnya ga seputih gigi bawah, aku bingung cari cara agar dia mau sikat gigi tanpa konfrontasi. apalgi 2 gerahamnya dah tumbuh

Anita AR mengatakan...

Bener-Bener perlu kesabaran ekstra dan kadang ekstra baju ganti sehabis acara mandi nya mutia. Sekarang aku lagi cari cara buat bisa menyikat gigi depan mutia. dia selalu mangap kerap kali gosok gigi..diminta nyengir setengah hidup aku mencontohkan nyengir kuda dia selon aja tetep mangap mamerin gerahamnya serta menjulurkan lidhanya buat di gosok...yah..Namanya Aja bocah!!!